Dari Juventini ke Milanisti

Hallo guys, Singindo mau cerita sedikit kenapa singindo suka dengan sepak bola. Awalnya singindo suka sepak bola karena melihat aksi Roberto Baggio di FIFA World Cup 1994 United States. Skill alami yang diperagakan oleh Roberto Baggio ditambah dengan potongan rambut ponytail, Rasanya sulit bagi singindo yang kala itu masih duduk di bangku SMA untuk tidak menyukai Roberto Baggio.

Group E

Di Piala Dunia 1994, Italy bergabung di group E bersama Mexico, Republic of Ireland dan Norway. Di fase group, Kehebatan Roberto Baggio belum keluar. Bahkan di pertandingan perdana melawan Republic of Ireland, Italy harus menelan kekalahan.

Harapan muncul di pertandingan kedua, Dimana Italy menang melawan Norway melalui header Dino Baggio di menit 69 hasil tendangan bebas Giuseppe Signori. Kemenangan Italy melawan Norway tidak mudah. Gianluca Pagliuca yang merupakan penjaga gawang nomor satu Italy saat itu di-kartu merah karena melakukan pelanggaran terhadap penyerang Norway. Arrigo Sacchi selaku manager tim Italy mengambil keputusan luar biasa dengan mengeluarkan Roberto Baggio dan memasukkan Luca Marchegiani untuk menjaga gawang Italy menggantikan Gianluca Pagliuca yang diusir wasit.

Di pertandingan ke tiga melawan Mexico, Italy harus menang, Minimal imbang untuk bisa lolos ke babak 16 besar. Sampai peluit babak pertama berakhir belum ada goal yang tercipta. Arrigo Sacchi kembali merombak tim dengan mengeluarkan Pierluigi Casiraghi dan memasukkan Daniele Massaro di babak ke dua. Strategy ini berbuah manis. Daniele Massaro berhasil membobol gawang Mexico hasil umpan matang Demetrio Albertini. Hebatnya, Daniele Massaro mencetak goal di menit ke 48 saat baru bermain tiga menit. Luar biasa!

Italy lolos ke babak 16 besar setelah menduduki peringkat ke tiga group E karena unggul selisih goal dengan Norway. Benar-benar group neraka!

Knockout stage

Di babak 16 besar, Roberto Baggio baru keluar taji-nya. Perjuangan Italy tidak mudah. Nigeria berhasil unggul lebih dulu di menit 25 melalui Emmanuel Amunike. Sampai peluit babak pertama berakhir kedudukan belum berubah. Kebuntuan Italy pecah di menit 88 melalui sepakan Roberto Baggio.

Roberto Baggio

Kedudukan imbang bertahan sampai peluit babak kedua berbunyi. Italy berhasil lolos dari hadangan Nigeria setelah Roberto Baggio mencetak goal kedua melalui titik putih di menit 102.

Quarter-finals

Di babak 8 besar, Italy unggul terlebih dahulu melalui Dino Baggio di menit 25 yang kemudian disamakan oleh Spain melalui José Luis Caminero di menit 58. Untuk kesekian kalinya Dewi Fortuna kembali berpihak kepada Italy. Tiga menit sebelum peluit babak kedua dibunyikan, Roberto Baggio kembali menjadi pahlawan Italy dengan sepakan dari sudut sempit hasil umpan matang Giuseppe Signori di menit 88.

Semi-finals

Di semi final, Italy tampil perkasa dengan mencukur Bulgaria melalui kaki Roberto Baggio di menit 21 dan 25.

Roberto Baggio

Bulgaria berhasil mempertipis kekalahan melalui Hristo Stoichkov di menit 44 dari titik putih.

Final

Di final, Roberto Baggio dimainkan Arrigo Sacchi dalam keadaan cedera. Lima goal yang dilesakkan Roberto Baggio di tiga pertandingan terakhir membuat Arrigo Sacchi mau tidak mau harus memainkan Roberto Baggio. Sambil berharap Roberto Baggio dapat mencetak goal ke gawang Brazil di partai puncak.

Roberto Baggio

Sampai peluit babak kedua berbunyi, Kedudukan masih 0-0. Berlanjut ke extra time juga masih 0-0. Mau tidak mau juara FIFA World Cup 1994 United States harus ditentukan oleh adu penalty.

Roberto Baggio

Roberto Baggio yang merupakan eksekutor Italy ke lima gagal membobol gawang Cláudio Taffarel. Walaupun seandainya Roberto Baggio berhasil membobol gawang Cláudio Taffarel, Italy belum tentu juara. Pasalnya, Brazil masih memiliki penendang ke lima yaitu Bebeto.

Dari World Cup berlanjut ke Serie A musim 1994-1995

Kecintaan singindo kepada Roberto Baggio berlanjut ke club dimana dia bermain.

Roberto Baggio

Sejak musim kompetisi 1994-1995 singindo selalu menyaksikan Juventus bertanding melalui layar kaca. Di Juventus, Singindo tidak hanya menyukai Roberto Baggio tapi juga Gianluca Vialli.

Gianluca Vialli

Serie A musim 1995-1996

Di akhir Serie A musim 1994-1995, Marco van Basten memutuskan untuk gantung sepatu. Sebagai gantinya Fabio Capello mendatangkan Roberto Baggio ke A.C. Milan.

Roberto Baggio

Di musim ini juga Juventus keluar sebagai juara UEFA Champions League setelah mengalahkan Ajax Amsterdam melalui drama adu penalty.

Juventus UEFA Champions League 1996 Winner

Sejak saat itu hati singindo terbagi dua. Antara Juventus dan A.C Milan.

Serie A musim 1997-1998

Di musim ini, Juventus mendatangkan Filippo Inzaghi dari Atalanta yang merupakan top score Serie A musim 1996-1997 dengan torehan 24 goal.

Filippo Inzaghi

Sejak saat itu singindo makin cinta dengan Juventus.

Serie A musim 2001-2002

Musim kompetisi 2001-2002 Filippo Inzaghi pindah ke A.C Milan.

Filippo Inzaghi

Sejak saat itu hati singindo berlabuh ke San Siro sampai saat ini.

A.C. Milan UEFA Champions League 2003 Winner

A.C. Milan UEFA Champions League 2007 Winner

Top Posts:

Pos ini dipublikasikan di Football dan tag , , , , , , , , , , , , , , , . Tandai permalink.

4 Balasan ke Dari Juventini ke Milanisti

  1. Kobayogas berkata:

    wah kamu orangnya gamang wkwkwkkw

    Suka

  2. Ping balik: Dorce Bangkrut? | singindo

  3. Ping balik: Daftar Negara yang Pernah Ikut Piala Dunia Hanya Sekali | singindo

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s